Titrasi Asam dan Basa
Titrasi
Asam dan Basa

Nama
kelompok III :
1. Azizan Syarofi (03)
2. Beni hamdani (05)
3. Hasmi Wahyuliani Sukarsih (08)
4. Laily Qodriatun N.J. (15)
5. Rizki Amalia (29)
6. Siti Nurhaliza (31)
7. Susma Aulia Rahmatin (25)
SMAN 1 SELONG
Jalan
TGH. Umar 17 Selong, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat.
Titrasi
Asam dan Basa
A. 1.Tempat Praktikum
Laboratorium kimia SMAN 1 Selong
2 . Hari, tanggal praktikum
Jumat, 25 April 2014
B. Landasan teori
Titrasi merupakan suatu metoda untuk
menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah dikethaui
konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang
terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatan reaksi asam
basa maka disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi redox untuk titrasi yang
melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang melibatan pembentukan reaksi
kompleks dan lain sebagainya. (disini hanya dibahas tentang titrasi asam basa)
Zat yang
akan ditentukan kadarnya disebut sebagai “titrant” dan biasanya diletakan di
dalam Erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui konsentrasinya disebut
sebagai “titer” dan biasanya diletakkan di dalam “buret”. Baik titer maupun titrant
biasanya berupa larutan.
Titrasi asam basa
merupakan teknik untuk menentukan konsentrasi larutan asam atau basa. Reaksi
yang terjadi merupakan reaksi asam basa (netralisasi). Larutan yang
kosentrasinya sudah diketahui disebut larutan baku. Titik ekuivalen adalah
titik ketika asam dan basa tepat habis bereaksi dengan disertai perubahan warna
indikatornya. Titik akhir titrasi adalah saat terjadinya perubahan warna indikator.
Titrasi merupakan salah satu cara untuk menentukan
konsentrasi larutan suatu zat dengan cara mereaksikan larutan tersebut dengan
zat yang diketahui konsentrasinya secara tepat. Prinsip dasar titrasi asam basa
didasarkan pada reaksi netralisasi asam basa.
Titik ekuivalen pada titrasi asam basa terjadi pada
saat dimana sejumlah asam dinetralkan oleh sejumlah basa. Selama titrasi
berlangsung terjadi perubahan pH. Pada titik ekuivalen ditentukan oleh sejumlah
garam yang dihasilkan dari netralisasi asam basa. Indikator yang digunakan pada
titrasi asam basa adalah yang memiliki rentang pH dimana titik ekuivalen
berada. Pada umumnya titik ekuivalen tersebut sulit diamati, yang mudah diamati
adalah titik akhir yang dapat terjadi sebelum atau sesudah titik ekuivalen
tercapai. Titrasi harus dihentikan pada saat titik akhir titrasi dicapai yang
ditandai dengan perubahan warna indikator. Titik akhir titrasi tidak selalu
berimpit dengan titik ekuivalen . Dengan pemilihan indikator yang tepat, kita
dapat memperkecil kesalahan titrasi.
Pada titrasi asam kuat dan basa kuat, asam kuat dan
basa kuat dalam air terurai dengan sempurna. Oleh karena itu, ion hidrogen dan
ion hidroksida selama titrasi dapat langsung dihitung dari jumlah asam atau
basa yang ditambahkan. Pada titik ekuivalen dari titrasi asam kuat dan basa kuat,
pH larutan pada temperatur 25˚C sama dengan pH air yaitu sama dengan 7.
(
Penuntun Praktikum Kimia Dasar II, UNG 2012 : 05 )
Jika suatu asam atau basa dititrasi, setia
penambahan pereaksi akan mengakibatkan perubahan pH. Grafik yang diperoleh
dengan menyalurkan pH terhadap volume pereaksi yang ditambahkan disebut kurva
titrasi.
Ada
empat macam perhitungan jika suatu asam dititrasi dengan suatu basa.
ü
Titik
awal, sebelum penambahan basa.
ü
Daerah
antara (sebelum titik ekuivalen), larutan mengandung garam dan asam yang
berlebih.
ü
Titik
ekuivalen, larutan mengandung garam.
ü
Setelah
titik ekuivalen, larutan mengandung garam dan basa berlebih.

Gambar kurva titrasi asam dan basa.
Dalam titrasi, suatu larutan yang harus dinetralkan
dimasukkan ke dalam wadah atau tabung. Larutan lain yaitu basa, dimasukkan ke
dalam buret lalu dimasukkan ke dalam asam, mula-mula cepat, kemudian tetes demi
tetes, sampai titik setara dari titrasi tersebut tercapai. Salah satu usaha
untuk mencapai titik setara dalam melalui perubahan warna dari indikator asam
basa. Titik pada saat titrasi dimana indikator berubah warna dinamakan titik
akhir (end point) dari indikator. Yang diperlukan adalah memadankan titik akhir
indikator yang perubahannya terjadi dalam selang pH yang meliputi pH sesuai
dengan titik setara.
Indikator terkenal phenoftalein merupakan asam
diprotik dan tak berwarna. Ia mula-mula berdisosiasi menjadi suatu bentuk tak
berwarna dan kemudian, dengan kehilangan hidrogen ke dua, menjadi ion dengan
system terkonjugasikan, maka dihasilakanlah warna merah. Metal oranye, indikator lain yang secara
luas digunakan, merupakan basa dan berwarna kuning dalam bentuk molekular.
Penambahan ion hidrogen menghasilkan suatu kation yang berwarna merah muda.
Kelarutan garam dari asam lemah tergantung pada pH
larutan. Beberapa contoh yang lebih penting dari garam-garam demikian dalam
kimia analitik adalah oksilat sulfida, hidrogsida, karbonat dan fosfat. Ion
hidroksida bereaksi dengan anion garam untuk membentuk asam lemah, dengan demikian
meningkatkan kelarutan garam.
(
R.A. Day, Jr. Analisa Kimia Kuantitatif : 141-145)
Ada beberapa macam titrasi bergantung pada reaksinya. Salah
satunya adalah titrasi asam basa. Titrasi adalah suatu metode untuk menentukan
konsentrasi zat didalam larutan. Titrasi dilakukan dengan mereaksikan larutan
tersebut dengan larutan yang sudah diketahui konsentrasinya. Reaksi dilakukan
secara bertahap (tetes demi tetes) hingga tepat mencapai titik stoikiometri
atau titik setara. (James E. Brady,
Kimia Universitas Asas dan Struktur edisi 5 : 178)
Titik ekuivalen pada titrasi asam basa adalah pada saat
dimana sejumlah asam tepat di netralkan oleh sejumlah basa. Selama titrasi
berlangsung terjadi perubahan pH. pH pada titik ekuivalen ditentukan oleh sejumlah garam yang
dihasilkan dari netralisaasi asam basa. Indikator yang digunakan pada titrasi
asam basa adalah yang memiliki rentang pH dimana titik equivalen berada.
Pada umumnya titik ekuivalen
tersebut sulit untuk diamati, yang mudah dimatai adalah titik akhir yaang dapat
terjadi sebelum atau sesudah titik equivalen tercapai. Titrasi harus dihentikan
pada saat titik akhir titrasi tercapai, yang ditandai dengan perubahan warna
indikator. Titik akhir titrasi tidak selalu berimpit dengan titik ekuivalen. Dengan pemilihan indikator yang tepat,
kita dapat memperkecil kesalahan titrasi.
Pada titrasi asam kuat dan basa kuat, asam lemah
dan basa lemah dalam air akan terurai dengan sempurna. Oleh karena itu ion hidrogen dan
ion hidroksida selama titrasi dapat langsung dihitung dari jumlah asam atau
basa yang ditambahkan. Pada titik ekuivalen dari titrasi asam air, yaitu sama dengan 7.
Secara
umum, asam memiliki sifat sebagai berikut:
1.
Rasa:
masam ketika dilarutkan dalam air.
2.
Sentuhan:
asam terasa menyengat bila disentuh, terutama bila asamnya asam kuat
3.
Kereaktifan:
asam bereaksi hebat dengan kebanyakan logam, yaitu korosif terhadap logam
4.
Hantaran
listrik: asam, walaupun tidak selalu ionik, merupakan elektrolit.
5.
mengubah
lakmus biru menjadi merah
Sifat-sifat
Basa :
1.
Kaustik
2.
Rasanya
pahit
3.
Licin
seperti sabun
4.
Nilai
pH lebih dari sabun (>7)
5.
Mengubah
warna lakmus merah menjadi biru
6.
Dapat
menghantarkan arus listrik
C.
Cara
kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan
·
Alat-alat
dan Bahan:
a. Neraca
b. Alat titrasi (1 set)
c. Gelas ukur 10 mL (1 buah)
d. Erlenmeyer 100 mL (1 buah)
e. Larutan NaOH 0,5 M (50 mL)
f. Larutan CH3COOH (20 mL)
g. Indikator fenolftalein (secukupnya)
h. Pipet tetes (3 buah)
i.
Aquades
(secukupnya)
j.
Sendok
dan Pengaduk (1 buah)
2. Menyiapkan alat titrasi.
3. Menuangkan 20 mL larutan CH3COOH yang
konsentrasinya belum diketahui dan 2 tetes indikator fenolftalein ke dalam
Erlenmeyer.
4. Menghitung massa larutan 0,5 M NaOH dari
Kristal NaOH 50 ml :
Dik
: V = 50 ml
M
NaOH = 0,5 M
Ar
Na = 23
Ar
O = 16
Ar
H = 1
Mr NaOH = 23+16+1 = 40
Dit : Massa NaOH =
?
Jawab :
M =
m/Mr x 1000/v
0,5 = m/40 x 1000/50
0,5 = m/40 x 20
0,5 = 0,5 m
m = 0,5/0,5
m = 1 gr
5. Menimbang berat kertas saring pada
neraca.
6. Menimbang kertas saring yang di atasnya
ada Kristal NaOH pada neraca. Sehingga didapat berat total sebesar 1,42 gr.
0,42 gr-nya merupakan berat dari kertas saring dan 1 gr sisanya merupakan berat
dari Kristal NaOH. (terbukti)
7. Menuangkan Kristal NaOH kedalam gelas 50
ml.
8. Menuangkan air pada gelas 50 ml yang
sudah terisi Kristal NaOH sebesar 1 gr.
9. Menambahkan larutan NaOH 0,5, tetes demi
tetes hingga terjadi perubahan warna sambil diaduk.
10. Mengukur konsentrasi CH3COOH
pada titrasi tersebut.
D. Hasil Pengamatan
Titrasi asam lemah
dan basa kuat

Dalam percobaan titrasi asam basa yang telah di
lakukan, ( Titrasi CH3COOH dengan zat titran NaOH ), didapatkan data
sebagai berikut:
Reaksi:
Dari reaksi di atas dapat diketahui bahwa perbandingan mol antara CH3COOH
dan NaOH sama sehingga untuk menghitung konsentrasi dari larutan CH3COOH
yang didasarkan atas hasil percobaan, maka dapat digunakan persamaan berikut
ini:
V1
. N1 = V2 . N2
Keterangan:
M1 = Molaritas asam (CH3COOH)
M2 = Molaritas basa kuat (NaOH)
V1 = volume larutan asam
V2 = volume larutan basa
Keterangan:
M1 = Molaritas asam (CH3COOH)
M2 = Molaritas basa kuat (NaOH)
V1 = volume larutan asam
V2 = volume larutan basa
Berdasarkan teori, larutan asam bila direaksikan
dengan larutan basa akan menghasilkan garam dan air. Sifat asam dan sifat basa
akan hilang dengan terbentukanya zat baru yang disebut garam yang memiliki
sifat berbeda dengan sifat zat asalnya (dalam percobaan ini adalah CH3COONa)
. Karena hasil reaksinya adalah air yang memiliki sifat netral yang artinya
jumlah ion H+ sama dengan jumlah ion OH- maka reaksi itu
disebut dengan reaksi netralisasi atau penetralan. Pada reaksi penetralan,
jumlah asam harus ekuivalen dengan
jumlah basa. Untuk itu perlu ditentukan titik ekuivalen reaksi.
Titik
ekuivalen merupakan keadaan dimana
jumlah mol asam tepat habis bereaksi dengan jumlahmol basa. Untuk menentukan
titik ekuivalen pada reaksi asam-basa dapat digunakan indikator asam-basa.
Ketepatan pemilihan indikator merupakan syarat keberhasilan dalam menentukan
titik ekuivalen. Pemilihan indikator didasarkan atas pH larutan hasil reaksi
atau garam yang terjadi pada saat titik ekuivalen. Salah satu kegunaan reaksi
netralisasi adalah untuk menentukan konsesntrasi asam atau basa yang tidak
diketahui. Penentuan konsentrasi ini dilakukan dengan titrasi asam-basa.
Titrasi merupakan cara penentuan konsentrasi suatu larutan
dengan volume tertentu denganmenggunakan larutan yang sudah diketahui
konsentrasinya dan mengukur volumenya secara pasti. Bila titrasi menyangkut
titrasi asam-basa maka disebut dengan titrasi adisi alkalimetri. Larutan yang
telah diketahui konsentrasinya disebut dengan titran. Titran ditambahkan sedikit demi sedikit (dari dalam buret) pada
titrat (larutan yang dititrasi)sampai terjadi perubahan warna indikator. Saat
terjadi perubahan warna indikator, maka titrasi dihentikan. Saat terjadi
perubahan warna indikator dan titrasi diakhiri disebut dengan titik akhir titrasi
dan diharapkan titik akhir titrasi sama dengan titik ekuivalen. Semakin jauh
titik akhir titrasi dengan titik ekuivalen maka semakin besar kesalahan titrasi
dan oleh karena itu, pemilihan indikator menjadi sangat penting agar warna
indikator berubah saat titik ekuivalen tercapai. Pada saat tercapai titik ekuivalen
maka pH-nya 7 (netral). .
Rentang pH yang menimbulkan
perubahan besar warna indikator disebut dengan interval transisi. Larutan
standar adalah larutan yang disiapkan dengan cara menimbang secara akurat suatu
zat yang memiliki kemurnian tinggi dan
melarutkannya dengan sejumlah tertentu pelarut dalam gelas erlenmeyer. Larutan
standart yang dipersiapkan dengan cara seperti ini disebut sebagai larutan standart
primer. Cara menyiapkan larutan standar dari zat yang tidak bisa dipastikan
kemurniannya dapat dilakukan dengan cara :
Contohnya pada NaOH, NaOH tidak bisa dipakai
sebagai larutan standart primer disebabkan sifatnya yang higroskopis. Jadi NaOH
menyerap uap air dari lingkungan disekitarnya. Jadi NaOH terkontaminasi dengan
H2O sehingga apabila kita menimbang 1 gram NaOH dipastikan NaOH yang
ada kurang dari 1 gram akibat adanya H2O yang sudah diserapnya. Jika
kita menginginkan larutan standart NaOH.
Alternatif lain adalah dengan membuat larutan NaOH
dengan konsentrasi tertentu dan kemudian kita menitrasinya dengan larutan
standart primer asam contohnya adalah
dengan memakai larutan CH3COOH. Jadi larutan standar yang disiapkan
dengan cara demikian disebut sebagai larutan standar sekunder.
F. Pembahasan
Dalam percobaan titrasi asam basa yang telah di
lakukan, ( Titrasi CH3COOH dengan zat titran NaOH ), didapatkan data
sebagai berikut:
Reaksi:
Dari reaksi di atas dapat diketahui bahwa perbandingan mol antara CH3COOH
dan NaOH sama sehingga untuk menghitung konsentrasi dari larutan CH3COOH
yang didasarkan atas hasil percobaan, maka dapat digunakan persamaan berikut
ini:
V1
. N1 = V2 . N2
Keterangan:
M1 = Molaritas asam (CH3COOH)
M2 = Molaritas basa kuat (NaOH)
V1 = volume larutan asam
V2 = volume larutan basa
Keterangan:
M1 = Molaritas asam (CH3COOH)
M2 = Molaritas basa kuat (NaOH)
V1 = volume larutan asam
V2 = volume larutan basa
Berdasarkan teori, larutan asam bila direaksikan
dengan larutan basa akan menghasilkan garam dan air. Sifat asam dan sifat basa
akan hilang dengan terbentukanya zat baru yang disebut garam yang memiliki
sifat berbeda dengan sifat zat asalnya (dalam percobaan ini adalah CH3COONa)
. Karena hasil reaksinya adalah air yang memiliki sifat netral yang artinya
jumlah ion H+ sama dengan jumlah ion OH- maka reaksi itu
disebut dengan reaksi netralisasi atau penetralan. Pada reaksi penetralan,
jumlah asam harus ekivalen dengan jumlah
basa. Untuk itu perlu ditentukan titik ekivalen reaksi.
Titik
ekivalen merupakan keadaan dimana jumlah mol asam tepat
habis bereaksi dengan jumlah mol basa. Untuk menentukan titik
ekivalen pada reaksi asam-basa dapat digunakan indikator asam-basa. Ketepatan
pemilihan indikator merupakan syarat keberhasilan dalam menentukan titik
ekivalen. Pemilihan indikator didasarkan atas pH larutan hasil reaksi atau
garam yang terjadi pada saat titik ekivalen. Salah satu kegunaan reaksi
netralisasi adalah untuk menentukan konsesntrasi asam atau basa yang tidak
diketahui. Penentuan konsentrasi ini dilakukan dengan titrasi asam-basa.
Titrasi merupakan cara penentuan konsentrasi suatu larutan
dengan volume tertentu dengan menggunakan
larutan yang sudah diketahui konsentrasinya dan mengukur volumenya secara
pasti. Bila titrasi menyangkut titrasi asam-basa maka disebut dengan titrasi
adisi alkalimetri. Larutan yang telah diketahui konsentrasinya disebut dengan
titran. Titran ditambahkan sedikit
demi sedikit (dari dalam buret) pada titrat (larutan yang dititrasi) sampai terjadi perubahan warna indikator.
Saat terjadi perubahan warna indikator, maka titrasi dihentikan. Saat terjadi
perubahan warna indikator dan titrasi diakhiri disebut dengan titik akhir
titrasi dan diharapkan titik akhir titrasi sama dengan titik ekivalen. Semakin
jauh titik akhir titrasi dengan titik ekivalen maka semakin besar kesalahan
titrasi dan oleh karena itu, pemilihan indikator menjadi sangat penting agar
warna indikator berubah saat titik ekivalen tercapai. Pada saat tercapai titik
ekivalen maka pH-nya 7 (netral). .
Rentang pH yang menimbulkan
perubahan besar warna indikator disebut dengan interval transisi. Larutan
standar adalah larutan yang disiapkan dengan cara menimbang secara akurat suatu
zat yang memiliki kemurnian tinggi dan
melarutkannya dengan sejumlah tertentu pelarut dalam gelas erlenmeyer. Larutan
standart yang dipersiapkan dengan cara seperti ini disebut sebagai larutan
standart primer. Cara menyiapkan larutan standar dari zat yang tidak bisa
dipastikan kemurniannya dapat dilakukan dengan cara :
Contohnya pada NaOH, NaOH tidak bisa dipakai
sebagai larutan standart primer disebabkan sifatnya yang higroskopis. Jadi NaOH
menyerap uap air dari lingkungan disekitarnya. Jadi NaOH terkontaminasi dengan
H2O sehingga apabila kita menimbang 1 gram NaOH dipastikan NaOH yang
ada kurang dari 1 gram akibat adanya H2O yang sudah diserapnya. Jika
kita menginginkan larutan standart NaOH.
Alternatif lain adalah dengan membuat larutan NaOH dengan
konsentrasi tertentu dan kemudian kita menitrasinya dengan larutan standart
primer asam contohnya adalah dengan
memakai larutan CH3COOH. Jadi larutan standar yang disiapkan dengan
cara demikian disebut sebagai larutan standar
sekunder.
G. Kesimpulan
1. Titrasi merupakan cara penentuan konsentrasi suatu larutan
dengan volume tertentu dengan menggunakan larutan yang sudah diketahui
konsentrasinya dan mengukur volumenya secara pasti. Bila titrasi menyangkut
titrasi asam-basa maka disebut dengan titrasi adisi-alkalimetri. Larutan yang
telah diketahui konsentrasinya disebut dengan titran.
2. Larutan standar adalah larutan yang disiapkan
dengan cara menimbang secara akurat suatu zat yang memiliki kemurnian tinggi
dan melarutkannya dengan sejumlah tertentu pelarut dalam labu ukur. Larutan
standar yang dipersiapkan dengan cara seperti ini disebut sebagai larutan
standart primer, sedangkan larutan standar yang kemolarannya ditetapkan dengan
larutan standar primer disebut sebagai
larutan standar sekunder. Sebelum digunakan dalam percobaan, buret harus
dibilas dengan larutan yang akan dimasukkan agar tidak terdapat cairan/ zat-zat
lain yang masih tersisa di dalam buret, sehingga buret bersifat netral.
3. Titik ekuivalen merupakan keadaan dimana jumlah mol asam
tepat habis bereaksi dengan jumlah mol basa.
4. Titik akhir titrasi adalah titik dalam titrasi yang
ditandai dengan perubahan warna indikator.
5. Perubahan PH dalam titrasi asam basa disebut kurva
titrasi.
6. Persamaan reaksi untuk percobaan :
Asam lemah + basa kuat
CH3COOH + NaOH à NaCH3COO + H2O
Daftar Pustaka
Brady, J. E & Holum J.L 1988.
Fundamental of Chemistry, 3 Ed. New
York : John Wiley & Inc.
Brady, J.E & Humiston, G.E.
1780. Gemeral Chemistry, 2 Ed. New
York : Jhon Wiley & Sons Inc.
Harry Firman.1990. Kimia Dasar II. Bandung : IKIP Bandung
Comments
Post a Comment